TENTANG PENULIS
Santi Ayuni Lestari lahir di
Jakarta, 5 Mei 1981. Lulusan Sarjana Ekonomi jurusan akuntansi Universitas
Jayabaya ini bekerja di sebuah perusahaan swasta di Jakarta. Ia gemar membaca
sedari kecil. Buku petualangan lima sekawan karya Enid Blyton merupakan bacaan
favoritnya dulu. Sampai-sampai ia berpikir alangkah menyenangkannya jadi
personil lima sekawan, bisa “keluyuran” saat liburan sekolah tanpa harus
dikawal orang tua.
Menulis cerpen merupakan
kesibukannya selain menjadi wanita karir dan ibu rumah tangga. Masalah sosial
di masyarakat mampu menarik minatnya dalam menulis. Impiannya adalah menjadi
penulis fiksi sukses. Ia juga ingin sekali bisa berkolaborasi dengan penulis
fiksi senior seperti Dewi “Dee” Lestari dan Djenar Maesa Ayu dalam membuat buku
kumpulan cerpen.
KATA MEREKA...
Penulis buku cerpen ini menganggap arti
sebuah keperawanan sangatlah penting. Keperawanan bak mahkota kristal bening
berkilau dan rapuh yang harus senantiasa dijaga sampai malam pertama tiba dalam
bingkai pernikahan. Sebuah konsep nilai moral yang cukup sederhana dan tidak
muluk-muluk. Beliau dari kecil memang suka sekali
membaca. buku favoritnya adalah Lima
sekawan karangan Enid Blyton. Dari hobi membaca, beliau jadi suka menulis.
Selain itu menurutnya hasil kumpulan cerita - cerita yang ia karang pada kumpulan
cerpen itu didasarkan pada kehidupan sosial di masyarakat kita. Yang pada
dewasa ini memang kurang menganggap pentingnya arti sebuah keperawanan.
Buku kumpulan cerpen ini memuat dua belas cerita dengan tema yang
berbeda. Istriku Nggak Perawan menceritakan tentang sepasang pengantin yang
gagal dalam melewati malam pertama dikarenakan sang suami baru tahu jika
istrinya tidak perawan. Padahal, sang suami telah berusaha menjaga kesucian
kekasihnya selama masa-masa berpacaran. Namun, sayang keperawanan sang istri
telah direnggut oleh mantan pacarnya sebelum berpacaran dengan suaminya sekarang. Keadaan tersebut
ditambah dengan ketidakjujuran istri sebelum menikah karena takut mengecewakan
calon suaminya dan ketakutan gagalnya pernikahan. Keseluruhan cerita yang ada
dalam buku ini mempunyai daya pengungkapan yang cukup klise ditinjau dari segi
temanya.
Kesederhanaan penggambaran plot atau jalan cerita dituangkan dalam
tuturan bahasa yang tidak terlalu konotatif dan filosofis atau terlalu
mendalam. Hal itu ditengarahi oleh endorsemen-nya seorang penyair dan prosais
Hanna Fransiska bahwa hal itulah yang patut dihargai dari cerpen ini karena
keberanian penulisnya untuk menerbitkan karyanya. Bagaimana tidak, ke sebelas
cerpen lainnya juga mengungkapkan daya kekuatan ungkapan konflik yang sama
meski dalam koridor peristiwa yang berbeda. Spirit obsesi pengarangnya
berkumpul pada integritas salah satu cerpen yang berjudul Tenggelam di Lautan
Tinta. Pada bagian ini terdapat pengumpulan kepingan-kepingan cerita dari tokoh-tokoh
sebelumnya “Laut tinta adalah laut yang dalam tak dapat ku sentuh dasarnya
karena memang terlalu dalam airnya berwarna hitam pekat. Tetapi isinya sangat
beragam. Ada kebahagian, kesedihan, kekecewaan, pengorbanan, keserakahan,
kesombongan, pengampunan, derita, air mata, dan pengkhianatan”.
Semua isi lautan tinta terselip dalam sudut pandang orang pertama
yaitu pencerita seorang pengarang. “Setitik Cahaya di Tengah Gulita” ada derita
dan air mata seorang wanita yang sampai melacurkan diri karena terlilit biaya
rumah sakit ibunya yang sakit keras dan berakhir pengampunan dengan kebahagiaan
yang datang dari kekasih hati yang lama menanti dengan kesetiaan cinta.
“Istriku Nggak Perawan” pengalaman kekecewaan seorang lelaki yang tercengang
mengetahui bahwa istrinya tidak perawan di malam pertamanya. “Tepian Nista”
menggambarkan penderitaan anak yang dipaksa bapak tirinya untuk mencopet, dan
atas pengorbanan derita itu cerita diselesaikan dengan kebahagiaan anak
tersebut karena bapaknya mati tertabrak mobil dalam kondisi mengenaskan di
akhir cerita. “Gulali Tak Selalu Manis” tak semanis nasib Danis Silvia artis
papan atas yang menolak cinta Satria karena kesombongannya dan harus menanggung
derita wajahnya yang rusak terbakar akibat kecelakaan lalu lintas. Dia baru
sadar gulali itu terdiri dari batang yang menopangnya. Panjang, keras, dan
pahit. “Bawang Merah dan Bawang Bombay” harus menelan kekecewaan dan kerelaan
karena sang pangeran idaman ternyata hanya mencintai Bawang Putih Ibu mereka
sendiri.
Ke lima cerpen tersebut terangkum dalam satu kesatuan cerita.
Nampaknya di sinilah letak sentral keseluruhan cerpen dikemas menjadi satu
kesatuan cerita yang memuat beberapa tukilan cerita, meski di cerita sebelumnya
penulis merincinya dengan cerpen-cerpen tersendiri. Sedangkan tema cerpen
lainnya yang tidak terangkum dalam “Tenggelam di Lautan Tinta” diceritakan
secara mandiri. Agaknya tak terlalu berlebihan jika buku ini tidak
dikategorikan sebagai karya sastra bergenre serius namun cenderung populer.
Tema-tema klise yang sering terjadi pada realitas diangkat kembali. Jika
ditengok dalam karya fiksi oleh pengarang lainnya mungkin sudah banyak ratusan
pengarang yang menulis hal demikian. Tema seputar wanita seperti cinta,
perselingkuhan, kehidupan remaja masa sekolah, pencarian jati diri, masalah
hakikat kehidupan, telah menjadi tema umum yang dijadikan bahan baku seorang
pengarang terutama pengarang wanita. Sebut saja beberapa nama seperti Djenar
Maesa Ayu, Tamara Geraldine, Dewi Lestari, Lan Fang, dll. Beberapa pengarang
tersebut telah melahirkan tidak hanya karya yang bernafas pop tapi juga genre
serius. Berbeda dengan pengarang tersebut yang menulis dua genre serius dan
populer. Santi lebih cenderung sederhana di awal kariernya dalam dunia tulis
menulis. Pembaca diajak untuk menghabisi waktu untuk menikmati secangkir
cappucino dalam suasana apa pun. Karya ini akan tetap renyah dinikmati oleh
pembaca meski dalam hati tak menentu. Hal yang diceritakan memberi ruang gerak
emosi secara sederhana dan mengalir seiring dengan daya tutur pengarang dalam
mengungkapkan maksud dan gagasan temanya. Ruang terang itu yang akan memberi
pengalaman batin pembaca untuk meresapi arti warna kehidupan.
Fokus pembaca yang sudah memasuki usia matang dewasa merupakan
salah satu dari tujuan penciptaan karya ini tercapai agar tepat sasaran.
Anak-anak di bawah umur tidak diperkenankan membaca buku ini, karena jelas
mereka belum cukup daya jangkau pengolahan emosi untuk mengkonsumsi bahan
bacaan yang bertema permasalahan orang dewasa. Hadirnya buku ini diharapkan
membuka kepercayaan diri pengarang pemula lainnya agar bisa membukukan karyanya
meski masih dalam kondisi awam dalam mengarang, karena menulis itu serangkaian
proses dan intensitas usaha. Waktulah yang akan menjawab tantangan itu dengan
sendirinya. Bertahan atau tenggelam di lautan tinta.
KECENDERUNGAN CERPEN-CERPEN
KOTAK,
menurut saya cerpen ini bertemakan tentang sosial. Menceritakan sebuah
keyakinan seseorang, namun dalam cerpen ini Santi menggambarkan manusia seperti
binatang. Sang tokoh cerita mempunyai keyakinan dan usaha untuk merubah takdir
yang telah digariskan oleh tokoh lain pada cerpen ini. Melalui cerpen ini, kita
dapat mengambil contoh bahwa apabila kita mempunyai keinginan maka kita harus
yakin dan berusaha maka kita akan mendapatkan keinginan kita itu.
TOPENG,
menurut saya cerpen ini bercerita mengenai kecintaan seseorang terhadap hal
duniawi, sehingga ia hampir saja melupakan keluarganya sendiri. Ia sangat
mencintai hal duniawi itu sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Penulis
menggambarkan hal duniawi itu sebagai sebuah topeng, sampai akhirnya tokoh
utama kehilangan seluruh topengnya akibat kebakaran di rumahnya. Melalui
cerpeen ini, kita dapat mengambil pelajaran bahwa kita sebagai manusia jangan
sampai terlalu mencintai hal-hal yang bersifat duniawi.
ISTRIKU
NGGAK PERAWAN, menurut saya cerpen ini menceritakan seorang laki-laki yang
mempunya seorang istri yang sudah tidak perawan. Laki-laki itu sangat kecewa
karena ia selalu menjaga kesucian istrinya semenjak mereka berpacaran. namun
akhirnya, lelaki itu bisa menerima sang istri dengan keadaan tidak perawan
karena ia mencintai sang istri apa adanya dan tidak akan menyalahkan istrinya
hanya karena masalah itu. Jadi, apabila kita mencintai seseorang, kita harus
bisa menerima secara apa adanya bukan karena ada apanya seberapapun kecewanya
kita terhadap orang itu kita harus bisa memaafkannya.
GULALI,
TAK SELALU MANIS, menurut saya
cerpen ini berisi tentang kecintaan seorang wanita terhadap dirinya sendiri. Ia
selalu meremehkan orang yang ingin dekat dengannya. Sampai akhirnya ia
mengalami kecelakaan yang membuat wajahnya hancur. Ia sangat amat menyesal.
Dari sini kita bisa mengambil pesan sosial, janganlah kita terlalu mencintai
diri sendiri, karena semua itu bisa membuat kita sombong serta membawa
penyesalan di kemudian hari.
TEPIAN
NISTA, menurut saya cerpen ini bertemakan tentang
sosial. Berpesan bahwa kita harus bisa menjadi lebih baik, terutama dengan
meninggalkan kebiasaan buruk kita. Menggambarkan penderitaan anak yang dipaksa
bapak tirinya untuk mencopet, dan atas pengorbanan derita itu cerita
diselesaikan dengan kebahagiaan anak tersebut karena bapaknya mati tertabrak
mobil.
ANTARA KASIH
DAN KARIER, dari cerpen ini kita mendapatkan pelajaran bahwa kita harus bisa
membagi waktu antara karier dan kehidupan kita. Janganlah sampai kita terlalu
sibuk dengan dunia karier sehingga kurang ada waktu untuk kehidupan pribadi
kita misalnya, keluarga kita sendiri. Tema yang diambil masih sosial. Dan
mengambi kisah dari masalah-masalah kehidupan yang biasa di alami oleh
masyarakat di sekitar kita.
SETITIK
CAHAYA DI TENGAH GULITA, berisi tentang seorang wanita yang rela menjual tubuhnya untuk
membayar biaya pengobatan ibunya. Tapi ternyata, masih ada laki-laki yang mau
menjadi suaminya. Membuat wanita itu sangat bersyukur kepada tuhan. Sungguh
sangat banyak terjadi di sekitar kita. Dan masih bertemakan sosial.
MENANTI
KAPAL PHINISI CINTA, menurut saya cerpen ini bercerita tentang kepasrahan seorang
wanita, namun dalam kepasrahan itu wanita ini masih menyimpan sedikit harapan.
Dan harapan itu akhirnya terwujud karena kesetiaannya dalam menanti dan
meyakini harapan yang selama ini ia pendam.
BAWANG MERAH
DAN BAWANG BOMBAY, bercerita tentang sepasang kakak beradik yang harus menelan kekecewaan dan kerelaan karena
kekasih mereka mencintai orang lain. Jadi kita dapat menarik pelajaran bahwa
kita harus selalu tabah dalam menghadapi segala macam permasalahan yang membuat
kita kecewa ataupun marah, kita harus tetap bisa tabah dan merelakan semua itu.
TENGGELAM DI
LAUTAN TINTA, menggambarkan tentang cerpen-cerpen sebelumnya, isi cerpennya ada
di dalam cerpen ini. “Laut tinta adalah laut yang dalam tak dapat ku sentuh
dasarnya karena memang terlalu dalam airnya berwarna hitam pekat. Tetapi isinya
sangat beragam. Ada kebahagian, kesedihan, kekecewaan, pengorbanan,
keserakahan, kesombongan, pengampunan, derita, air mata, dan pengkhianatan”.
dalam sudut pandang orang pertama yaitu pencerita seorang pengarang.
MIRACLE OF
LOVE, cerita ini berkesan agak sedikit ke dunia
remaja, karena tokoh dalam cerpen ini masih duduk di bangku sekolah. Berisi
mengenai pengorabanan seorang teman yang rela menukarkan hidupnya agar temannya
selamat dan tak disakiti oleh musuhnya. Sungguh mempunyai nilai sosial yang
amat tinggi karena, di dewasa ini, jarang sekali ada orang yang bertindak
seperti demikian.
TERNYATA
DIA, bercerita
tentang seorang perempuan yang memiliki kekasih yang seorang homo seks, namun
ia tak tahu apabila sang kekasih menderita kelainan itu. sahabat sang wanita
hanya bisa memendam perasaannya dan tidak bisa berbuat apa-apa, sampai akhirnya
wanita itu sadar dan menjalin hubungan dengan pria yang selalu bisa
mengertinya, tidak lain adalah sahabatnya sendiri.
KESIMPULAN
Dalam mengarang cerpen-cerpen dalam
kumpulan cerpen “Istriku Nggak Perawan”, Santi cenderung mengangkat cerita dari
permasalahan yang ada pada kehidupan sosial di masyarakat kita, seperti umumnya
seorang perempuan yang sudah tidak perawan, seorang pelacur, pencopet, homo
seks, artis, dan sebagainya. Cara penceritaannya juga begitu sederhana sehingga
mudah untuk dinikmati. Amanat yang dituangkannya dalam cerpen-cerpen ini juga
sangat berpengaruh apabila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Santi
cenderung mengulang kalimat-kalimat dalam cerpennya, tapi itu tidak membuat
pembaca merasa jenuh, namun pembaca bisa lebih menikmati cerita itu, dengan
membaca pengulangan kalimat itu, pembaca merasa diingatkan.
Tema seputar
wanita seperti cinta, perselingkuhan, kehidupan remaja masa sekolah, pencarian
jati diri, masalah hakikat kehidupan, telah menjadi tema umum yang dijadikan
bahan baku oleh Santi dalam mengarang cerpen-cerpen ini. Kesederhanaan penggambaran jalan cerita dituangkan dalam tuturan
bahasa yang tidak terlalu konotatif dan filosofis atau terlalu mendalam.
Santi lebih
cenderung sederhana di awal kariernya dalam dunia tulis menulis. Pembaca diajak
untuk menghabisi waktu untuk menikmati secangkir cappucino dalam suasana apa
pun. Karya ini akan tetap renyah dinikmati oleh pembaca meski dalam hati tak
menentu. Hal yang diceritakan memberi ruang gerak emosi secara sederhana dan
mengalir seiring dengan daya tutur pengarang dalam mengungkapkan maksud dan
gagasan temanya. Fokus pembaca yang sudah memasuki usia matang dewasa merupakan
salah satu dari tujuan penciptaan karya ini tercapai agar tepat sasaran.
Anak-anak di bawah umur tidak diperkenankan membaca buku ini, karena jelas
mereka belum cukup daya jangkau pengolahan emosi untuk mengkonsumsi bahan
bacaan yang bertema permasalahan orang dewasa.
LAMPIRAN PESAN SINGKAT DENGAN PENULIS
|
hai Puput.
maaf baru sempat balas.
Saya dari
kecil memang suka sekali membaca. buku favorit saya dulu adalah Lima sekawan
karangan Enid Blyton.
Dari hobi
membaca, saya jadi suka menulis. dan itu adalah hasil kumpulan cerita -
cerita yang berdasarkan pada kehidupan sosial di masyarakat kita.
Senang
berkenalan dengan Puput. Keep in touch ya. :)
--- Pada Rab, 7/11/12, AyuW Putri <ayuw_putri@yahoo.com> menulis: Dari: AyuW Putri <ayuw_putri@yahoo.com> Judul: :) Kepada: "santiayunilestari@yahoo.com" <santiayunilestari@yahoo.com> Tanggal: Rabu, 7 November, 2012, 5:50 PM
hay kak ayuni.. saya
puput. saya sangat amat suka dengan cerpen kakak yang berjudul Tenggelam di
Lautan Tinta dalam kumpulan cerpen, "ISTRIKU NGGAK PERAWAN". kak,
kalau boleh saya tahu, saya pengen tanya.. apa kecenderungan kakak dalam
mengarang cerpen cerpen dalam kumpulan cerpen ini kak?
|