Judul Buku : Autumn In Paris
Pengarang : Ilana Tan
Jumlah
Halaman : 264 Halaman
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta 2010.
Tentang
Penulis :
Ilana
Tan adalah seorang perempuan China
berkewarganegaraan Amerika, dia seorang yang tertutup, waktu ilana memutuskan
untuk ikut ibunya tinggal di Amerika ia masih sangat muda, umurnya 6 tahun. Awalnya bahasa inggris ilana
sangat buruk, jadi cara ilana melatih kemampuan bahasa inggrisnya yaitu dengan
menulis, novel-novel ilana tan sebenarnya adalah tulisan dia untuk melatih
bahasa inggrisnya yang kemudian ilana kembangkan-kembangkan-dan kembangkan
makan jadilah novel itu. Orang yang mengirimkan novel karyanya adalah ibu ilana
sendiri.
Data Hasil baca :
Penokohan
:
·
Tara Dupont:
·
Elise Lavoie :
·
Tatsuya Fujisawa
·
Sebastien Giraudeau
·
Jean Daniel Lemercier
·
Edouard
·
Keiko
Gaya Bahasa : Bahasa yang digunakan oleh pengarang terkesan santai,
namun masih memiliki kejelasan yang sangat baik. Sehingga pembaca tidak merasa
kesulitan dalam menikmati karya sastra ini.
Hal
yang Menarik :
- · Sebastien memberitahu Tara, bahwa ia akan mengenalkan temannya yang bernama Tatsuya ( bab 1, halaman 20 )
- · Tatsuya mengirim surat kepada radio tempat Tara bekerja, yang berisi tentang Tara dan secara tidak sengaja, Tara mendengar surat itu dibaca oleh Elise ( bab 2, halaman 27 )
- · Tara memiliki janji bertemu dengan Tatsuya, untuk menjadi pemandu Tatsuya berkeliling Paris. ( bab 3, halaman 49 )
- · Tatsuya menganggap Tara adalah gadis yang menarik. ( bab 4, halaman 55 )
- · Tatsuya mengirim surat yang menceritakan pertemuannya dengan Tara ke acara radio Je me souviens. ( bab 5, halaman 63 )
- · Tatsuya mengundang Tara untuk makan malam di apartemennya. ( bab 6, halaman 77 )
- · Tara mendapatkan ajakan kencan dari Tatsuya yang disampaikan melalui siaran radio. ( bab 7, halaman 83 )
- · Tatsuya bertemu dengan Jean Daniel Lemercier yang merupakan ayah kandungnya. ( bab 8, halaman 96 )
- · Tatsuya memberitahu Tara bahwa ia teLah beremu dengan ayah kandungnya. ( bab 9, halaman 103 )
- · Tara dan Tatsuya bertemu Jean Daniel Lemercier di kelab mewah bernama La Vue. ( bab 10, halaman 121 )
- · Tatsuya berharap supaya Jean Daniel Lemercier bukan ayah kandungnya, ia mengajak Jean Daniel Lemercier untuk melakukan test DNA. ( bab 11, halaman 136 )
- · Tara bertemu dengan Tatsuya dan ayahnya di rumah sakit. ( bab 12, halaman 140 )
- · Tatsuya memang anak kandung Jean Daniel Lemercier. ( bab 13, halaman 149 )
- · Tara membuat kejutan uang tahun untuk Tatsuya. ( bab 14, halaman 160 )
- · Jean Daniel Lemercier melarang Tara agar tidak menyukai Tatsuya. ( bab 15, halaman 171 )
- · Tara mengetahui bahwa Tatsuya adalah anak dari Jean Daniel Lemercier. ( bab 16, halaman 182 )
- · Tatsuya dan Tara berada di puncak Arc de Triomphe. ( bab 17, halaman 190 )
- · Tara merasa putus asa, ia memutuskan untuk mabuk ditemani oleh Sebastien ( bab 18, halaman 206 )
- · Tatsuya akan pulang ke Jepang untuk melupakan perasaannya pada Tara. ( bab 19, halaman 227 )
- · Tatsuya mengirim email di stasiun radio, bercerita tentang kehidupan cintanya dengan Tara, ( bab 20, halaman 233 )
- · Tatsuya mengalami kecelakaan sehingga ia koma dan diperkirakan umurnya tidak lama lagi. ( bab 21, halaman 240 )
- · Keiko mengajak Tara ke apartemen Tatsuya, disana Tara mengetahui semua tentang Tatsuya. ( bab 22, halaman 249 )
- · Tatsuya meninggal dunia, setelah Tara berucap bahwa ia mencintai Tatsuya. ( bab 23, halaman 259 )
Hal
yang Tidak Menarik :
- · Sebastien harus puas dengan nasi goreng yang dipesannya. ( bab 1, halaman 15 )
- · Tara menelepon Ayahnya. ( Bab 2, halaman 36 )
- · Ayah Tara menelepon, meminta tolong pada Tara untuk mengantarkannya. ( bab 3, halaman 47 )
- · Tara tidak bisa menemani Tatsuya ke Arc de Triomphe. ( bab 4, halaman 61 )
- · Sebastien bercerita bahwa ia menyukai wanita bernama Juliette ketika ia sedang di Nice. ( bab 5, halaman 67 )
- · Elise mengundang Tara dan Sebastien ke acara ulang tahunnya. ( bab 6, halaman 75 )
- · Elise mengetahui, bahwa Monsieur Fujitatsu adalah Tatsuya Fujisawa. ( bab 7, halaman 88 )
- · Sebastien menunggu Tara untuk makan siang selama 23 menit. ( bab 8, halaman 92 )
- · Elise bertanya pada Tara, apakah Tara akan mengajak Tatsuya ke pesta ulang tahunnya. ( bab 9, halaman 111 )
- · Sebastien mengajak pacarnya, Juliette menghadiri pesta ulang tahun Elise. ( bab 10, halaman 113 )
- · Sebastien berkata pada Jean Daniel Lemercier bahwa Tatsuya adalah arsitek yang hebat. ( bab 11, halaman 124 )
- · Olivier, pacar Elise diperbolehkan pulang dari rumah sakit setelah operasi usus buntu. ( bab 12, halaman 137 )
- · Sepanjang hari Tatsuya membenamkan diri dalam pekerjaan, tidak membiarkan dirinya beristirahat. ( bab 14, halaman 158 )
- · Ponsel Tatsuya tidak aktif. ( bab 15, halaman 167 )
- · Tatsuya dirawat di rumah sakit karena tertimpa balok kayu. ( bab 16, halaman 174 )
- · Elise cemas dengan keadaan Tara. ( bab 17, halaman 188 )
- · Tara tidak suka tisane buatan Sebastien. ( bab 18, halaman 210 )
- · Sebastien bertemu dengan Jean Daniel Lemercier di kafe. ( bab 19, halaman 216 )
- · Mobil ayah Tara mogok lagi, sehingga Tara terpaksa harus menyetir dan menjemput ayahnya karena mereka akan keluar makan bersama. ( bab 21, halaman 238 )
- · Keiko menerjemahkan ucapan Kenichi Fujisawa. ( bab 22, halaman 245 )
- · Jean Daniel Lemercier meminta pendapat Dr. Delcour tentang keadaan Tatsuya ( bab 23, halaman 255 )
Alur :
Autumn
In Paris adalah novel yang menceritakan kehidupan Tara Dupont gadis blasteran
Perancis-Indonesia yang tinggal bersama Ayahnya di Paris selepas kedua
orangtuanya bercerai. Bisa dikatakan Tara memiliki segalanya. Dia memiliki Ayah
yang sangat menyayanginya, yang kebetulan juga pemilik beberapa Klub ternama di
Perancis. Tara juga memiliki karir yang bagus sebagai penyiar di salah satu
Radio terkenal di Paris. Ayah yang kaya dan mencintainya, karir yang bagus,
teman-teman yang baik, membuat siapa saja mengira Tara memiliki hidup yang
sangat sempurna. Tara sendiri berpikiran demikian, ia merasa dirinya sudah
memiliki semua yang dia inginkan, kecuali mungkin cinta.
Tara
sangat menyukai Sebastien Giraudeau seseorang yang sudah sangat lama menjadi
sahabat Tara. Tara tidak pernah menyatakan perasaan terpendamnya pada
Sebastien, ia lebih memilih menunggu Sebastien menyadari perasaannya lebih
dulu.
Disisi
lain Tatsuya Fujisawa seorang arsitek muda yang begitu membenci Paris dan musim
gugur, memutuskan meninggalkan Jepang dan pergi ke Paris yang dibencinya. Untuk
menemui seseorang di masa lalu Ibunya, seseorang yang secara tidak langsung
sudah menghancurkan hidupnya.
Lewat
Sebastien. Tara dan Tatsuya bertemu, sejak awal pertemuan mereka masing-masing
memiliki ketertarikan satu sama lain. Tara beranggapan Tatsuya laki-laki yang
sangat baik, penuh rahasia yang selalu membuatnya tidak pernah berhenti
memikirkan Tatsuya. Hingga ia pelan-pelan mengalihkan perasaanya untuk
Sebastien ke Tatsuya. Tidak berbeda dengan Tara, Tatsuya pun memiliki
ketertarikan pada gadis itu, sejak pertama kali ia melihat Tara yang tanpa
disadari oleh Tara sebelumnya, Tatsuya sudah menaruh hati pada sosok Tara.
Gadis itu membawa kecerian tak terjelaskan untuknya, membuatnya yang begitu
menbenci Paris dan musim gugur bisa melewati semuanya dengan banyak senyuman.
Di
tengah semakin mendalam perasaan keduanya, fakta mengejutkan terkuak. Masa lalu
Tatsuya, tujuannya datang ke Paris, seseorang yang begitu dibencinya. Semua
menghubungkannya pada satu nama “Tara Dupont’ gadis yang sangat dicintainya.Fakta
masa lalu yang menyakiti keduanya, menghancurkan keyakinan, dan mengikis semua
harapan yang mereka miliki. Hingga keadaan memaksa mereka untuk mengubur semua
perasaan cinta mereka yang tidak mungkin dipersatukan, karena Tatsuya merupakan
saudara seayah Tara Dupont. Mengetahui kenyataan ini Tara Dupont berusaha
menghadapinya dengan lapang dada. Tetapi, ia tidak bisa karena Tara benar-benar
mencintai Tatsuya, sebuah kecelakaan proyek, Tatsuya jatuh dari lantai tiga,
dan pada akhirnya Tatsuya meninggal dunia.
Mademoiselle
Dupont, munafik!
Pendekatan
Pragmatik ialah pendekatan yang memandang prosa fiksi sebagai sesuatu yang
dapat disebut bermakna apabila prosa fiksi tersebut sudah berhadapan dengan
masyarakat pembacanya. Selain menghibur pembacanya, novel ini juga memberikan
tambahan pengetahuan mengenai Paris karena latar tempat yang dipaparkan dalam
novel ini menunjukkan keberadaan tokoh di daerah Paris. Adanya beberapa
penggunaan bahasa Prancis yang ada dalam novel juga memiliki manfaat tersendiri
bagi pembaca. Namun, yang paling penting yaitu pembaca dapat mengambil contoh
perilaku tokoh utama yaitu merelakan cintanya yang harus ia kubur dalam-dalam,
karena laki-laki yang ia cintai, tidak lain adalah saudaranya sendiri. Namun,
sebenarnya Tara tidak ikhlas, ia hanya ingin terlihat ikhlas di depan Tatsuya.
Sikap seperti ini, dapat dijadikan teladan pembaca dalam berkaca diri atau
instropeksi diri agar tidak menjadi orang yang munafik. Selain itu, bukankah
“mencintai” saudara seayah, tidak diperkenankan dalam hukum agama.
“ aku dan Tatsuya
bersaudara.”
Tatsuya
menatap Tara dengan pandangan tidak percaya, sedangkan gadis itu dengan tenang
menggigit roti panggangnya. Sejak tadi Tatsuya sudah merasa sikap Tara sangat
aneh. Terlihat biasa-biasa saja, bahkan agak dingin. Dan ia mengucapkan
kata-kata itu dengan mudahnya. Padahal semalam menurut ayahnya, Tara histeris.
Tadi juga Sebastien baru memberitahunya Tara depresi. Kalau begitu apa yang
sebenarnya terjadi pada diri gadis itu sekarang? Apa yang dipikirkannya?
Sebastien
jelas-jelas terperanjat dan kebingungan. Ia menatap Tara dan Tatsuya
bergantian, lalu bertanya, “Apa? Bagaimana?”
Tara
menjawab, “kami berdua punya ayah yang sama.” Ia berpikir sejenak. “itu artinya
saudara seayah, ya? Atau saudara tiri?” Lalu mengangkat bahu, “pokoknya
begitulah.”
Tatsuya
dan Sebastien berdiam diri. Terlalu kaget untuk berkata-kata.
“Aku
tidak memberitahumu lebih cepat karena sebenarnya aku juga baru tahu,” lanjut
Tara. Ia memandang Sebastien sambil tersenyum meminta maaf. “ Ini kejutan
besar, bukna? Tapi kami berhasil mengatasinya.” Ia berpaling ke arah Tatsuya. “
Bukan begitu, Tatsuya?”
“Tara,
apa-apaan ini?” kata tatsuya tidak sabar. Ia sungguh tidak mengerti sikap Tara.
Apa maksudnya? Apakah gadis itu ingin berpura-pura semuanya baik-baik saja?
Tara
menatap lurus ke matanya. Senyumnya sedikit memudar. “ Ini kenyataan,” katanya
pelan. “Aku yakin kita bisa mengatasinya dengan baik. Aku bisa.”
“Tara...”
“Aku
bisa menganggapmu sebagai kakak,” sergah Tara cepat.
Tatsuya
terdiam.
“Sungguh.
Aku bisa.”
Tatsuya
tidak percaya. Tidak mungkin segalanya beres dalam semalam.
“kau
ingin kita langsung bersikap sopan dan menjaga jarak seperti sekarang?” cetus
Tatsuya. “kau ingin aku memandang enteng masalah ini?”
Tara
masih menatapnya dan berkata dengan nada lelah, “Kalau kau punya usul lain yang
lebih baik, aku siap mendengarkan.”
Kenyataan
adalah kenyataan. Tara benar. Tetapi kenapa dada Tatsuya masih terasa berat dan
sakit?
Sesaat
Tatsuya melupakan Sebastien yang memandangi mereka berdua dengan bingung.
“Tunggu dulu, kalian berdua. Sebelum aku menjadi gila, sebaiknya kalian
jelaskan padaku apa yang kalian bicarakan ini?”
Tatsuya
menghela napas, lalu menghembuskannya dengan keras. Ia berkacak pinggang dan menatap
Tara. “tanyakan saja padanya,” sahutnya muram. “Sepertinya dia sudah memikirkan
segalanya. Aku pergi dulu.”
Tanpa
menghiraukan panggilan Sebastien, Tatsuya berjalan ke pintu dengan langkah
lebar dan hati kesal.

Sebastien
tidak berhasil menyusul Tatsuya. Masih dengan perasaan bingung ia kembali ke
dapur dan mendapati Tara tetap duduk di kursinya. Ia mendengar tarikan napas
gadis itu yang berat dan tersendat-sendat. Ketika semakin dekat, ia melihat
Tara menempelkan telapak tangannya di dada. Bibirnya bergetar. Matanya menatap
meja makan dengan tatapan kosong, namun Sebastien melihat matanya berkaca-kaca.
Gadis
itu sedang berusaha keras menahan tangis.
Bab
18, halaman 213 – 215
Sikap
Mademoiselle
Dupont atau biasa disebut Tara, memang benar, ia ingin terlihat tabah dalam
menghadapi takdirnya, namun sebenarnya ia tidak bisa menghadapi kenyataan.
Dalam kutipan novel itu dicontohkan sikap seorang wanita yang terkesan munafik.
Jadi seharusnya, jika memang seseorang itu kurang bisa ikhlas dan tabah
merelakan cintanya, janganlah pura-pura tabah, seolah-olah tidak membutuhkan
cinta itu lagi, bersikaplah apa adanya tanpa diselingi oleh sikap munafik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar