Kamis, 01 September 2016

Apresiasi Prosa Fiksi dengan Pendekatan Pragmatik dalam Novel "Autumn In Paris" Karya Illana Tan



Judul Buku               : Autumn In Paris
Pengarang              : Ilana Tan
Jumlah Halaman   : 264 Halaman
Penerbit                    : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2010.



Tentang Penulis      :
Ilana Tan  adalah seorang perempuan China berkewarganegaraan Amerika, dia seorang yang tertutup, waktu ilana memutuskan untuk ikut ibunya tinggal di Amerika ia masih sangat muda, umurnya 6 tahun. Awalnya bahasa inggris ilana sangat buruk, jadi cara ilana melatih kemampuan bahasa inggrisnya yaitu dengan menulis, novel-novel ilana tan sebenarnya adalah tulisan dia untuk melatih bahasa inggrisnya yang kemudian ilana kembangkan-kembangkan-dan kembangkan makan jadilah novel itu. Orang yang mengirimkan novel karyanya adalah ibu ilana sendiri. 

Data Hasil baca    :
Penokohan                         :
·         Tara Dupont:
*      Tidak suka basa basi ( “aku akan berkenalan dengannya, tapi aku tidak akan lama” kata Tara cepat. “hari ini aku sedang tidak ingin berbasa-basi. Aku capek. ( Bab 1, halaman 21 ))
*      Memiliki rasa penasaran yang tinggi ( sebenarnya Tara masih penasaran dengan laki-laki bernama Tatsuya Fujisawa itu. ( bab 2, halaman 32))
·         Elise Lavoie   :
*      Pengertian ( “ooh.. aku mengerti,” kata Elise tiba-tiba dan tersenyum. “Belum menelepon rupanya.” ( Bab 1, halaman 11) )
*      Ramah ( suara Elise yang ramah terdengar lagi,”surat pertama yang akan saya bacakan hari ini dari salah seorang pendengar kita yang bernama Monsieur Fujitatsu.” ( Bab 2, halaman 27 ))
·         Tatsuya Fujisawa
*      Sopan ( “Panggil aku Tatsuya saja,” kata Tatsuya. Ia tersenyum lebar, sambil sedikit membungkuk, sama sekali tidak menyadari suasana hati Tara. “Senang berkenalan denganmu, Tara.” ( Bab 1, halaman 22 ))
*      Misterius (  Tara tertawa. “sudah kuduga! Fujitatsu itu kau?” Tatsuya tersenyum malu an berkata, “aku tidak pandai bercerita, tapi Sebastien berhasil membujukku. Cerita yang konyol bukan?” (bab 2, halaman 39))
·         Sebastien Giraudeau
*      Usil ( Senyum Sebastien Giraudeau melebar, sama sekali tidak terpengaruh omelan Tara ( Bab 1, halaman 14))
*      Perhatian ( Sebastien juga selalu menyediakan waktu untuk Tara, selalu ada kalau Tara membutuhkannya, selalu  siap menemani dan menghiburnya. ( Bab 2, halaman 35 ))
·         Jean Daniel Lemercier
*      Baik ( Tara akui, ayahnya memang bukan suami yang baik, tapi ia ayah yang baik. Ayah paling baik sedunia ( bab 2, halaman 36 ))
*      Bijaksana ( “aku harap kau tidak marah kepada ibumu.” Tatsuya mendengar suara rendah pria itu. “aku yakin kau tahu ibumu sungguh tidak bermaksud menyakitimu.” ( bab 8, halaman 99 ))
·         Edouard
*      Perhatian ( “ koreksi,” sela Edouard dengan senyum lebar. “ aku tidak pernah mengizinkanmu minum sampai mabuk.” ( bab 10, halaman  117))
·         Keiko
Gaya Bahasa       : Bahasa yang digunakan oleh pengarang terkesan santai, namun masih memiliki kejelasan yang sangat baik. Sehingga pembaca tidak merasa kesulitan dalam menikmati karya sastra ini.

Hal yang Menarik              :
  • ·         Sebastien memberitahu Tara, bahwa ia akan mengenalkan temannya yang bernama Tatsuya ( bab 1, halaman 20 )
  • ·         Tatsuya mengirim surat kepada radio tempat Tara bekerja, yang berisi tentang Tara dan secara tidak sengaja, Tara mendengar surat itu dibaca oleh Elise ( bab 2, halaman 27 )
  • ·         Tara memiliki janji bertemu dengan Tatsuya, untuk menjadi pemandu Tatsuya berkeliling Paris. ( bab 3, halaman 49 )
  • ·         Tatsuya menganggap Tara adalah gadis yang menarik. ( bab 4, halaman 55 )
  • ·         Tatsuya mengirim surat yang menceritakan pertemuannya dengan Tara ke acara radio Je me souviens. ( bab 5, halaman 63 )
  • ·         Tatsuya mengundang Tara untuk makan malam di apartemennya. ( bab 6, halaman 77 )
  • ·         Tara mendapatkan ajakan kencan dari Tatsuya yang disampaikan melalui siaran radio. (  bab 7, halaman 83 )
  • ·         Tatsuya bertemu dengan Jean Daniel Lemercier yang merupakan ayah kandungnya. ( bab 8, halaman 96 )
  • ·         Tatsuya memberitahu Tara bahwa ia teLah beremu dengan ayah kandungnya. ( bab 9, halaman 103 )
  • ·         Tara dan Tatsuya bertemu Jean Daniel Lemercier di kelab mewah bernama La Vue. ( bab 10, halaman 121 )
  • ·         Tatsuya berharap supaya Jean Daniel Lemercier bukan ayah kandungnya, ia mengajak Jean Daniel Lemercier untuk melakukan test DNA. ( bab 11, halaman 136 )
  • ·         Tara bertemu dengan Tatsuya dan ayahnya di rumah sakit. ( bab 12, halaman 140 )
  • ·         Tatsuya memang anak kandung Jean Daniel Lemercier. ( bab 13, halaman 149 )
  • ·         Tara membuat kejutan uang tahun untuk Tatsuya. ( bab 14, halaman 160 )
  • ·         Jean Daniel Lemercier melarang Tara agar tidak menyukai Tatsuya. ( bab 15, halaman 171 )
  • ·         Tara mengetahui bahwa Tatsuya adalah anak dari Jean Daniel Lemercier. ( bab 16, halaman 182 )
  • ·         Tatsuya dan Tara berada di puncak Arc de Triomphe. ( bab 17, halaman 190 )
  • ·         Tara merasa putus asa, ia memutuskan untuk mabuk ditemani oleh Sebastien ( bab 18, halaman 206 )
  • ·         Tatsuya akan pulang ke Jepang untuk melupakan perasaannya pada Tara. ( bab 19, halaman 227 )
  • ·         Tatsuya mengirim email di stasiun radio, bercerita tentang kehidupan cintanya dengan Tara, ( bab 20, halaman 233 )
  • ·         Tatsuya mengalami kecelakaan sehingga ia koma dan diperkirakan umurnya tidak lama lagi. ( bab 21, halaman 240 )
  • ·         Keiko mengajak Tara ke apartemen Tatsuya, disana Tara mengetahui semua tentang Tatsuya. ( bab 22, halaman 249 )
  • ·         Tatsuya meninggal dunia, setelah Tara berucap bahwa ia mencintai Tatsuya. ( bab 23, halaman 259 )
Hal yang Tidak Menarik   :
  • ·         Sebastien harus puas dengan nasi goreng yang dipesannya. ( bab 1, halaman 15 )
  • ·         Tara menelepon Ayahnya. ( Bab 2, halaman 36 )
  • ·         Ayah Tara menelepon, meminta tolong pada Tara untuk mengantarkannya. ( bab 3, halaman 47 )
  • ·         Tara tidak bisa menemani Tatsuya ke Arc de Triomphe. ( bab 4, halaman 61 )
  • ·         Sebastien bercerita bahwa ia menyukai wanita bernama Juliette ketika ia sedang di Nice. ( bab 5, halaman 67 )
  • ·         Elise mengundang Tara dan Sebastien ke acara ulang tahunnya. ( bab 6, halaman 75 )
  • ·         Elise mengetahui, bahwa Monsieur Fujitatsu adalah Tatsuya Fujisawa. ( bab 7, halaman 88 )
  • ·         Sebastien menunggu Tara untuk makan siang selama 23 menit. ( bab 8, halaman 92 )
  • ·         Elise bertanya pada Tara, apakah Tara akan mengajak Tatsuya ke pesta ulang tahunnya. ( bab 9, halaman 111 )
  • ·         Sebastien mengajak pacarnya, Juliette menghadiri pesta ulang tahun Elise. ( bab 10, halaman 113 )
  • ·         Sebastien berkata pada Jean Daniel Lemercier bahwa Tatsuya adalah arsitek yang hebat. ( bab 11, halaman 124 )
  • ·         Olivier, pacar Elise diperbolehkan pulang dari rumah sakit setelah operasi usus buntu. ( bab 12, halaman 137 )
  • ·         Sepanjang hari Tatsuya membenamkan diri dalam pekerjaan, tidak membiarkan dirinya beristirahat. ( bab 14, halaman 158 )
  • ·         Ponsel Tatsuya tidak aktif. ( bab 15, halaman 167 )
  • ·         Tatsuya dirawat di rumah sakit karena tertimpa balok kayu. ( bab 16, halaman 174 )
  • ·         Elise cemas dengan keadaan Tara. ( bab 17, halaman 188 )
  • ·         Tara tidak suka tisane buatan Sebastien. ( bab 18, halaman 210 )
  • ·         Sebastien bertemu dengan Jean Daniel Lemercier di kafe. ( bab 19, halaman 216 )
  • ·         Mobil ayah Tara mogok lagi, sehingga Tara terpaksa harus menyetir dan menjemput ayahnya karena mereka akan keluar makan bersama. ( bab 21, halaman 238 )
  • ·         Keiko menerjemahkan ucapan Kenichi Fujisawa. ( bab 22, halaman 245 )
  • ·         Jean Daniel Lemercier meminta pendapat Dr. Delcour tentang keadaan Tatsuya ( bab 23, halaman 255 )
Alur                             :
Autumn In Paris adalah novel yang menceritakan kehidupan Tara Dupont gadis blasteran Perancis-Indonesia yang tinggal bersama Ayahnya di Paris selepas kedua orangtuanya bercerai. Bisa dikatakan Tara memiliki segalanya. Dia memiliki Ayah yang sangat menyayanginya, yang kebetulan juga pemilik beberapa Klub ternama di Perancis. Tara juga memiliki karir yang bagus sebagai penyiar di salah satu Radio terkenal di Paris. Ayah yang kaya dan mencintainya, karir yang bagus, teman-teman yang baik, membuat siapa saja mengira Tara memiliki hidup yang sangat sempurna. Tara sendiri berpikiran demikian, ia merasa dirinya sudah memiliki semua yang dia inginkan, kecuali mungkin cinta.
Tara sangat menyukai Sebastien Giraudeau seseorang yang sudah sangat lama menjadi sahabat Tara. Tara tidak pernah menyatakan perasaan terpendamnya pada Sebastien, ia lebih memilih menunggu Sebastien menyadari perasaannya lebih dulu.
Disisi lain Tatsuya Fujisawa seorang arsitek muda yang begitu membenci Paris dan musim gugur, memutuskan meninggalkan Jepang dan pergi ke Paris yang dibencinya. Untuk menemui seseorang di masa lalu Ibunya, seseorang yang secara tidak langsung sudah menghancurkan hidupnya.
Lewat Sebastien. Tara dan Tatsuya bertemu, sejak awal pertemuan mereka masing-masing memiliki ketertarikan satu sama lain. Tara beranggapan Tatsuya laki-laki yang sangat baik, penuh rahasia yang selalu membuatnya tidak pernah berhenti memikirkan Tatsuya. Hingga ia pelan-pelan mengalihkan perasaanya untuk Sebastien ke Tatsuya. Tidak berbeda dengan Tara, Tatsuya pun memiliki ketertarikan pada gadis itu, sejak pertama kali ia melihat Tara yang tanpa disadari oleh Tara sebelumnya, Tatsuya sudah menaruh hati pada sosok Tara. Gadis itu membawa kecerian tak terjelaskan untuknya, membuatnya yang begitu menbenci Paris dan musim gugur bisa melewati semuanya dengan banyak senyuman.
Di tengah semakin mendalam perasaan keduanya, fakta mengejutkan terkuak. Masa lalu Tatsuya, tujuannya datang ke Paris, seseorang yang begitu dibencinya. Semua menghubungkannya pada satu nama “Tara Dupont’ gadis yang sangat dicintainya.Fakta masa lalu yang menyakiti keduanya, menghancurkan keyakinan, dan mengikis semua harapan yang mereka miliki. Hingga keadaan memaksa mereka untuk mengubur semua perasaan cinta mereka yang tidak mungkin dipersatukan, karena Tatsuya merupakan saudara seayah Tara Dupont. Mengetahui kenyataan ini Tara Dupont berusaha menghadapinya dengan lapang dada. Tetapi, ia tidak bisa karena Tara benar-benar mencintai Tatsuya, sebuah kecelakaan proyek, Tatsuya jatuh dari lantai tiga, dan pada akhirnya Tatsuya meninggal dunia.


 

Mademoiselle Dupont, munafik!

Pendekatan Pragmatik ialah pendekatan yang memandang prosa fiksi sebagai sesuatu yang dapat disebut bermakna apabila prosa fiksi tersebut sudah berhadapan dengan masyarakat pembacanya. Selain menghibur pembacanya, novel ini juga memberikan tambahan pengetahuan mengenai Paris karena latar tempat yang dipaparkan dalam novel ini menunjukkan keberadaan tokoh di daerah Paris. Adanya beberapa penggunaan bahasa Prancis yang ada dalam novel juga memiliki manfaat tersendiri bagi pembaca. Namun, yang paling penting yaitu pembaca dapat mengambil contoh perilaku tokoh utama yaitu merelakan cintanya yang harus ia kubur dalam-dalam, karena laki-laki yang ia cintai, tidak lain adalah saudaranya sendiri. Namun, sebenarnya Tara tidak ikhlas, ia hanya ingin terlihat ikhlas di depan Tatsuya. Sikap seperti ini, dapat dijadikan teladan pembaca dalam berkaca diri atau instropeksi diri agar tidak menjadi orang yang munafik. Selain itu, bukankah “mencintai” saudara seayah, tidak diperkenankan dalam hukum agama.
“ aku dan Tatsuya bersaudara.”
Tatsuya menatap Tara dengan pandangan tidak percaya, sedangkan gadis itu dengan tenang menggigit roti panggangnya. Sejak tadi Tatsuya sudah merasa sikap Tara sangat aneh. Terlihat biasa-biasa saja, bahkan agak dingin. Dan ia mengucapkan kata-kata itu dengan mudahnya. Padahal semalam menurut ayahnya, Tara histeris. Tadi juga Sebastien baru memberitahunya Tara depresi. Kalau begitu apa yang sebenarnya terjadi pada diri gadis itu sekarang? Apa yang dipikirkannya?
Sebastien jelas-jelas terperanjat dan kebingungan. Ia menatap Tara dan Tatsuya bergantian, lalu bertanya, “Apa? Bagaimana?”
Tara menjawab, “kami berdua punya ayah yang sama.” Ia berpikir sejenak. “itu artinya saudara seayah, ya? Atau saudara tiri?” Lalu mengangkat bahu, “pokoknya begitulah.”
Tatsuya dan Sebastien berdiam diri. Terlalu kaget untuk berkata-kata.
“Aku tidak memberitahumu lebih cepat karena sebenarnya aku juga baru tahu,” lanjut Tara. Ia memandang Sebastien sambil tersenyum meminta maaf. “ Ini kejutan besar, bukna? Tapi kami berhasil mengatasinya.” Ia berpaling ke arah Tatsuya. “ Bukan begitu, Tatsuya?”
“Tara, apa-apaan ini?” kata tatsuya tidak sabar. Ia sungguh tidak mengerti sikap Tara. Apa maksudnya? Apakah gadis itu ingin berpura-pura semuanya baik-baik saja?
Tara menatap lurus ke matanya. Senyumnya sedikit memudar. “ Ini kenyataan,” katanya pelan. “Aku yakin kita bisa mengatasinya dengan baik. Aku bisa.”
“Tara...”
“Aku bisa menganggapmu sebagai kakak,” sergah Tara cepat.
Tatsuya terdiam.
“Sungguh. Aku bisa.”
Tatsuya tidak percaya. Tidak mungkin segalanya beres dalam semalam.
“kau ingin kita langsung bersikap sopan dan menjaga jarak seperti sekarang?” cetus Tatsuya. “kau ingin aku memandang enteng masalah ini?”
Tara masih menatapnya dan berkata dengan nada lelah, “Kalau kau punya usul lain yang lebih baik, aku siap mendengarkan.”
Kenyataan adalah kenyataan. Tara benar. Tetapi kenapa dada Tatsuya masih terasa berat dan sakit?
Sesaat Tatsuya melupakan Sebastien yang memandangi mereka berdua dengan bingung. “Tunggu dulu, kalian berdua. Sebelum aku menjadi gila, sebaiknya kalian jelaskan padaku apa yang kalian bicarakan ini?”
Tatsuya menghela napas, lalu menghembuskannya dengan keras. Ia berkacak pinggang dan menatap Tara. “tanyakan saja padanya,” sahutnya muram. “Sepertinya dia sudah memikirkan segalanya. Aku pergi dulu.”
Tanpa menghiraukan panggilan Sebastien, Tatsuya berjalan ke pintu dengan langkah lebar dan hati kesal.
broken heart1.jpg
Sebastien tidak berhasil menyusul Tatsuya. Masih dengan perasaan bingung ia kembali ke dapur dan mendapati Tara tetap duduk di kursinya. Ia mendengar tarikan napas gadis itu yang berat dan tersendat-sendat. Ketika semakin dekat, ia melihat Tara menempelkan telapak tangannya di dada. Bibirnya bergetar. Matanya menatap meja makan dengan tatapan kosong, namun Sebastien melihat matanya berkaca-kaca.
Gadis itu sedang berusaha keras menahan tangis.
Bab 18, halaman 213 – 215
Sikap Mademoiselle Dupont atau biasa disebut Tara, memang benar, ia ingin terlihat tabah dalam menghadapi takdirnya, namun sebenarnya ia tidak bisa menghadapi kenyataan. Dalam kutipan novel itu dicontohkan sikap seorang wanita yang terkesan munafik. Jadi seharusnya, jika memang seseorang itu kurang bisa ikhlas dan tabah merelakan cintanya, janganlah pura-pura tabah, seolah-olah tidak membutuhkan cinta itu lagi, bersikaplah apa adanya tanpa diselingi oleh sikap munafik.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar